my money

Rabu, 03 Juli 2013

panti tresna werda bengkulu


http://www.anakmukomuko.blogspot.com

tips agar blog terindex google dengan cepat

hi sobat.. kali ini saya ingin berbagi sedikit tentang cara agar blogg bisa terindex oleh google dengan cepat. langkah pertama 1. masuk ke http://www.imtalk,org/ 2. masukkan Url kamu ke kolom yang tersedia 3. selesai.. sekarang blog kamu sudah terindex oleh google.

penyakit tuberculosis(TBC)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai “Global Emergency”. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002. Sebagian besar kasus TB (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara berkembang. Diantara mereka, 75% berada pada usia produktif (20-49 tahun). Pemberantasan tuberculosis sebelumnya kurang memuaskan. Oleh karena itu, sejak 1995 Program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan setiap hari.1,2 Penulis mengambil materi pembahasan “Penanggulangan Tuberkulosis (TBC)” , selain sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia adalah untuk membantu kita dalam memahami bagaimana proses penanggulangan dan penyembuhan Tuberkulosis itu sendiri. II. Penyakit Tuberkulosis 2.1 Tuberkulosis TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.3,4,5,6,7,8,9,10,11 Setiap tahunnya penderita TBC semakin bertambah diseluruh dunia .Apalagi dibeberapa dekade terakhir ini,peningkatannya sangatlah drastis . Demikian pula di Indonesia, TBC merupakan masalah kesehatan baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis, dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992 menunjukkan bahwa Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian. Sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.9 Maka dari itu, kita harus mengetahui sejak dini bagaimana penanggulangan dan pengobatan untuk TBC. 2.2 Penanggulangan Tuberculosis Sejak ditemukannya Obat Anti TB (OAT) lebih dari 40 tahun yang lalu, strategi penatalaksanaan TB telah berubah dengan bermakna dimana-mana. Perubahan kedua adalah setelah ditemukannya rifampisin pada sekitar tahun 1970-an, dan juga ditemukannya kembali pirazinamid sebagai salah satu OAT utama. Obat-obat tersebut merupakan komponen paduan obat jangka pendek yang ternyata lebih ampuh dalam penanggulangan TB. Meskipun demikian sampai dengan saat ini TB masih tetap sebagai masalah kesehatan masyarakat hampir dimana-mana. Di negara maju hal ini karena timbulnya penyakit baru yaitu HIV/AIDS dan di negara berkembang, karena memang sejak semula terdapat kesulitan tentang kesinambungan persediaan obat.11 Beberapa panduan OAT jangka pendek yang direkomendasikan WHO merupakan hasil uji coba di beberapa negara yang terutama dilakukan oleh IUAT-LD di Afrika dan juga di Sulawesi. Panduan OAT jangka pendek ini jika dilakukan dengan baik dan betul akan memberikan hasil yang bagus, angka kesembuhan lebih dari 85%. Hal ini telah terbukti di beberapa negara termasuk Indonesia, khususnya Sulawesi.11 Kunci utama keberhasilan adalah keyakinan bahwa penderita TB minum semua obatnya sesuai dengan anjuran yang telah ditetapkan. Artinya harus ada seseorang yang ikut mengawasi atau memantau penderita saat dia minum obatnya. Inilah dasar strategi DOTS. Strategi DOTS , terbukti efektif sebagai strategi penanggulangan TB. Strategi DOTS ini telah diadopsi dan dimanfaatkan oleh banyak negara dengan hasil yang bagus, termasuk di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.2 Strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu: 1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang Dengan keterlibatan pimpinan wilayah, TB akan menjadi salah satu prioritas utama dalam program kesehatan, dan akan tersedia dana yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan strategi DOTS. 2. Mikroskop Mikroskop merupakan komponen utama untuk mendiagnosa penyakit TB melalui pemeriksaan dahak lansung pada penderita tersangka TB. 3. Pengawas Minum Obat (PMO) PMO ini yang akan ikut mengawasi penderita minum seluruh obatnya. Keberadaan PMO ini untuk memastikan bahwa penderita betul minum obatnya dan bisa diharapkan akan sembuh pada masa akhir pengobatannya. PMO haruslah orang yang dikenal dan dipercaya oleh penderita maupun oleh petugas kesehatan. Mereka bisa petugas kesehatan sendiri, keluarga, tokoh masyarakat maupun tokoh agama. 4. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian dari sistem survailans penyakit TB. Dengan rekam medik yang dicatat dengan baik dan benar akan bisa dipantau kemajuan pengobatan penderita, pemeriksaan follow up, sehingga akhirnya penderita dinyatakan sembuh atau selesai pengobatannya. 5. Panduan OAT jangka pendek Panduan OAT jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu pengobatan yang tepat sangat penting dalam keberhasilan pengobatan penderita. Kelangsungan persediaan panduan OAT jangka pendek harus selalu terjamin.11 Hal tersebut diatas tetap tidak akan berjalan lancar jika sang pasien tidak mengambil andil yang berarti atau bersikap ogah-ogahan (acuh). Maka perlu adanya kesadaran bersama akan pemahaman strategi DOTS ini baik dari pasien, dokter yang menangani maupun orang yang menjadi PMO Pasien . 2.3 Pengobatan Tuberkulosis (TBC) Masalah yang timbul pada penyakit ini disebabkan jumlahnya penderitanya yang banyak dan penyebaran penyakitnya yang mudah (melalui kuman yang dibatukkan oleh penderita ke udara – lihat topik terkait). Selain itu masalah yang terpenting adalah tingkat kepatuhan penderita terhadap pengobatan yang rendah. Hal ini timbul karena umumnya penderita menghentikan pengobatannya ketika mereka sudah tidak merasakan gejala penyakitnya dan menganggap bahwa penyakitnya telah sembuh, padahal penyakit ini memerlukan pengobatan jangka panjang yang teratur. Jangka waktu pengobatannnya tergantung kepada kategori penyakit yang dideritanya sesuai anjuran dokter yang memeriksa. Menurut buku “Program Pemberantasan TB paru”, tujuan pengobatan tuberkulosis dengan Obat Anti TB (OAT) jangka pendek adalah memutuskan rantai penularan dengan menyembuhkan penderita tuberkulosis paling sedikit 85 % dari seluruh kasus tuberkulosis BTA positif yang ditemukan dan mencegah resistensi (kuman yang kebal terhadap OAT).11, OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid (membunuh kuman) dengan atau tanpa obat ketiga. Dasar pemberian obat ganda adalah karena selalu didapatkan kuman yang sejak semula resisten (kebal) terhadap salah satu obat pada kuman yang sensitif.5 Tujuan pemberian OAT antara lain membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif (lihat topik mengenai pemeriksaan penunjang TB) secepat mungkin melalui efek bakterisid, mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi (kemampuan membunuh kuman khusus yang tumbuhnya lambat), menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis (kekebalan tubuh).2 Panduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan tambahan. Jenis obat utama yang digunakan adalah Rifampisin (R), INH (H), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S), dan Etambutol (E). Obat – obat tersebut bersifat bakterisid kecuali untuk etambutol yang bersifat bakteriostatik (menekan pertumbuhan kuman). Jenis obat tambahan lainnya :Kanamisin, Kuinolon, derivat rifampisin dan INH serta obat lain yang masih dalam penelitian yaitu makrolide dan kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat. Kombinasi pengobatan (multy drug theraphy) dan jangka waktu OAT yang diberikan tergantung jenis/kategori penderita (ditentukan oleh dokter yang memeriksa). Jangka waktu pengobatan minimal dilakukan selama 6 (enam bulan).2,5,9,10,11,12,13,14,15 Pemberian OAT jangka panjang terkadang dapat memberikan efek samping dari obat yang diminum. OAT golongan pertama dan efek sampingnya, antara lain : Isoniazid (INH) : Obat yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) ini merupakan prodrug yang perlu diaktifkan dengan enzim katalase untuk menimbulkan efek. Bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel mikrobakteri. Efek sampingnya berupa neuritis perifer (radang saraf tepi) untuk pencegahan harus diberikan suplemen vitamin B6, gangguan fungsi hati, alergi obat; Rifampisin : Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri. Efek sampingnya berupa hepatitis drug induced (radang hati yang dipicu oleh obat). Masalah yang paling menonjol dan dapat menyebabakan kematian. Hepatitis jarang terjadi pada pasien dengan fungsi hati normal, tetapi penyakit-penyakit hati kronik, alkoholisme dan usia lanjut dapat meningkatkan angka kejadiannya. Flu-like Syndrome, Sindrom Redman (disebabkan dosis yang berlebihan, terdapat kerusakan hati yang berat, warna merah terang pada urin, air mata, ludah dan kulit); Etambutol : Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dinding. Efek sampingnya berupa Neuritis optic (peradangan pada saraf mata), merupakan efek samping terpenting, yang berupa penurunan tajam penglihatan dan buta warna merah/hijau. Gout/pirai (meningkatnya asam urat dalam darah). Lain-lain : gatal, nyeri sendi, nyeri epigastrik (ulu hati), nyeri perut, malaise (lemah-lesu), sakit kepala, linglung, bingung, halusinasi. Pirazinamid : Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri. Efek sampingnya berupa gangguan hati (efek samping tersering dan terserius), gout/pirai (meningkatnya kadar asam urat dalam darah), lain-lain : artralgia (sakit pada sendi), anoreksia tidak nafsu makan), mual-muntah, disuria (sulit berkemih), malaise, demam. Streptomisin : Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba dengan cara menghambat sintesis protein. Efek sampingnya berupa alergi obat, gangguan keseimbangan (seperti sempoyongan), vertigo (sakit kepala berputar) dan tuli, dapat menurunkan fungsi ginjal., rasa baal di muka. Pengobatan TB merupakan kunci pokok terhadap keberhasilan pemberantasan penyakit ini. Selain kepatuhan penderita terhadap pengobatan yang dapat dimonitor melalui pogram DOTS (baca topik terkait), hal lain yang penting diperhatikan adalah adanya tanda-tanda efek samping OAT mengingat jangka waktu pemberiannya yang panjang.. Hal ini penting untuk diperhatikan karena jika ternyata didapatkan adanya tanda-tanda dari efek samping obat maka dokter akan mencari alternatif kombinasi lain yang sesuai sedini mungkin. Tahukah anda, hal yang membuat seorang pasien TBC yang telah diberikan penanggulangan tidak juga lekas sembuh adalah kenyataan di lapangan dimana pasien tidak menebus dan meminum semua obat yang sudah diresepkan sampai batas waktu yang ditetapkan. Ketidakpatuhan pasien, baik dalam meminum jumlah dan macam obat, dan tidak teratur serta tidak tuntasnya pengobatan dari yang dianjurkan merupakan pemicu terjadinya resistansi ganda TB. Mungkin Anda dapat bayangkan sekaligus memahami. Ketidakpatuhan tersebut terjadi, karena seorang pasien TB harus meminum kombinasi obat-obat TB paling tidak 12 tablet/kapsul sehari pada fase intensif, yaitu kombinasi RHZE tiga kali sehari dengan lamanya pengobatan selama dua bulan, sedangkan empat bulan selanjutnya merupakan fase lanjutan dengan meminum paling tidak enam tablet/kapsul dalam sehari berupa kombinasi RH (atau EH selama 6 bulan).2,9 Kebosanan dan ketidakpraktisan pengobatan TB untuk pasien yang memicu ketidakpatuhan merupakan salah satu kendala utama dari upaya memberantas TB ini. Maka dari itu,sekali lagi ditekankan bahwa kunci penting keberhasilan pengobatan TB adalah kerjasama antara penderita, dokter dan orang di sekitarnya (pengawas minum obat-DOTS), karena tanpa kerja sama yang baik akan sangat sulit sekali mengobati penyakit ini bahkan akan timbul penyakit TB dengan kuman yang resisten (kebal) terhadap pengobatan yang ada dan akan sangat sulit sekali diobati. III. PENUTUP 3.1. Kesimpulan Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penanggulangannya adalah dengan menerapkan Strategi DOTS (Direct Observed Treatment Short-Course Chemotherapy),yang terbukti ampuh jika dilakukan dengan benar .Kemudian untuk Pengobatannya sendiri pasien diminta untuk meminum kombinasi OAT (Obat Anti TB) antara lain : Rifampisin (R), INH (H), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S), dan Etambutol (E) . 3.2. Saran Telah kita ketahui bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat berbahaya dan mudah penularannya .Hal ini menyebabkan kita harus mewaspadainya dan mencemaskannya jika sampai tertular .Namun demikian,kita tetaplah harus berkepala dingin dalam menghadapi persoalan seperti ini.Bagi pasien yang terkena,haruslah bersabar dan terus rutin mengkonsumsi OAT (Obat Anti TB) lalu terus berpikiran positif dan optimis untuk sembuh.Kemudian bagi PMO (Pengawas Minum Obat) haruslah rajin untuk mengingatkan pasien agar meminum obat tepat waktu,dan tidak pernah lelah untuk melakukan tugasnya . Maka dari itu penulis mengaharapkan kerjasama antara pasien,PMO,dan Pekerja medis agar tercapainya kesembuhan yang diinginkan oleh pasien dan oleh orang sekitar pasien.

SAP pemberian kompres hangat pada anak dengan thypoid

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT PADA ANAK
DENGAN TYPHOID
A.Topik
Pemberian Kompres air hangat pada anak dengan typhoid.
B.Alasan Pemilihan Topik
Demam merupakan pertahanan tubuh terhadap infeksi atau masuknya zat asing ke daam tubuh. Apabila mengalami demam, harus diwaspadai adanya penyakit yang sedang menyerang tubuh.
Kompres air hangat merupakan salah satu penatalaksanaan keperawatan yang dapat digunakan untuk menurunkan demam pada anak. Oleh karena itu, kompres hangat harus dilakukan seoptimal mungkin sehingga hasilnya pun dapat maksimal dalam menurunkan demam.
C.Sasaran
1.Langsung
Keluarga atau ibu yang memiliki anak yang sedang atau pernah mengalami typhoid.
2.Tidak Langsung
Semua peserta yang mengikuti pendidikan kesehatan.




D.Tujuan
1.Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan dan demontrasi selama 1 x 30 menit, keluarga dan ibu diharapkan dapat mengetahui tentang penyakit typhoid dan penatalaksanaannya dengan benar.
2.Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukannya pendidikan kesehatan dan demontrasi selama 1 x 30 menit, keluarga atau ibu mengerti apa yang telah disampaikan dengan kriteria hasil:
a.Keluarga atau ibu mengetahui pengertian typhoid dengan benar
b.Keluarga atau ibu mengetahui penyebab typhoid dengan benar
c.Keluarga atau ibu mengetahui minimal enam dari sembilan tanda dan gejala typhoid pada minggu I dan minimal empat dari enam tanda gejala typhoid pada minggu II dengan benar
d.Keluarga atau ibu mengetahui cara pemberian kompres hangat pada anak dengan typhoid dengan benar.
e.Keluarga atau ibu dapat melakukan demontrasi cara pemberian kompres hangat dengan benar.
E.Waktu
Hari/tanggal : jumat, 21-12-2012
Tempat : ruang melati 7 rs bayangkara
Waktu :


F.Materi
1.Pengertian Typhoid
Demam typhoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2005)
Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Hidayat, 2006).
2.Penyebab Typhoid
Penyebab penyakit ini adalah Salmonella Typhosa.
Penularan Salmonella typhii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5f yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui feses.
3.Tanda dan Gejala Typhoid
Masa tunas Typhoid 10-14 hari.
a.Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia, dan mual, batuk, epistaksis, obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut.
b.Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.


Komplikasi :
a.Komplikasi Intestinal
1)Perdarahan usus
2)Perforasi usus
3)Ileus paralitik
b.Komplikasi Ekstraintestinal
1)Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi, miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2)Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, dan sindrom uremia hemolitik.
3)Komplikasi paru: pnemonia, empiyema, dan pleuritis.
4)Komplikasi hepar dan kandung empedu: hepatitis, kolesistitis.
5)Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6)Komplikasi pada tulang: osteomiolitis, osteoporosis, spondilitis, dan artritis.
7)Komplikasi neuropsiatrik: delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma guilaain bare, dan sindroma katatonia.





4.Cara pemberian kompres hangat pada anak dengan typhoid
Kompres hangat akan menurunkan suhu anak dalam waktu 30-45 menit. Oleh karena itu, lakukanlah kompres hangat bila suhu anak sangat tinggi. Kompreshangatini juga membantuanak agar lebihcomfortable.
Cara mengompresanakdemam:
a)Kompressebaiknyamenggunakan air hangat, tidakmenggunakanalkoholkarenauapalkoholsangatberbahaya dan dapatmenyebabkaniritasi pada kulit.
b)Kompresakanlebihefektif apabila dilakukan pada daerah yang mengandungbanyakpembuluhdarah, sepertiketiak, lipatpahaatauselangkangan dan dahi.
c)Taruh anak di bath up/ ember mandi yang diisi air hangat bersuhu 30-32° C.
d)Usapkan air hangat di sekujurtubuhbayi/ anak.
e)Bilaanakmenolak, suruhduduk di ember / bath up, berimainan, ajakbermain.










G.Kegiatan Belajar Mengajar
No
Tahap
Waktu
Kegiatan Perawat
Kegiatan Peserta
1.
Pembukaan
5 menit
a.Mengucapkan salam
b.Memperkenalkan diri
c.Menyampaikan tujuan
d.Menyepakati kontrak
e.Apersepsi tentang typhoid
a.Peserta menjawab salam
b.Peserta memperhatikan
c.Peserta memperhatikan
d.Peserta menyepakati kontrak
e.Peserta menjawab dengan benar
2.
Pelaksanaan
20 menit
a.Menjelaskan isi materi
b.Menjelaskan prosedur dan demontrasi
c.Mengevaluasi secara verbal pada peserta pendidikan kesehatan
a.Peserta mendengarkan dgn seksama
b.Peserta memperhatikan
c.Peserta menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan perawat
d.Redemontrasi peserta
3.
Penutup
5 menit
a.Menyimpulkan hasil kegiatan
b.Mengakhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
a.Peserta memperhatikan
b.Peserta menjawab salam



H.Media
1.Leaflet
2.Lembar balik
I.Metode Penyampaian
1.Ceramah
2.Diskusi
3.Demontrasi
J.Evaluasi
1.Evaluasi struktural
a.SAP sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya kegiatan
b.Alat dan tempat siap
c.Sudah dibentukny struktur organisasi/pembagian peran
d.Perencanaan pendidikan kesehatan yang sesuai dan tepat
e.Perawat dan peserta siap
2.Evaluasi proses
a.Alat dan tempat bisa digunkan sesuai rencana
b.Peserta mau atau bersedia untuk mengikuti kegiatan yang telah direncanakan



3.Evaluasi hasil
a.75 % Keluarga atau ibu mengetahui pengertian typhoid
b.75 % Keluarga atau ibu mengetahui penyebab typhoid
c.75 % Keluarga atau ibu mengetahui minimal enam dari sembilan tanda dan gejala typhoid pada minggu I dan minimal empat dari enam tanda gejala typhoid pada minggu II.
d.75 % Keluarga atau ibu mengetahui dan mendemontrasikan cara pemberian kompres hangat pada anak dengan typhoid.
e.100% perawat dapat melaksanakan tugas sesuai dengan peran